Agen Bola - Final Piala Dunia 2014: Jerman 1-0 Argentina - Jerman berhasil meraih gelar keempat Piala Dunia setelah mengalahkan Argentina 1-0 di stadion Maracana dinihari tadi (14/7). Mario Goetze mencatatkan namanya sebagai pencetak gol di menit ke-113 setelah tendangan voli-nya tak mampu dibendung kiper Argentina, Sergio Romero.
Agen Bola - Final Piala Dunia 2014: Jerman 1-0 Argentina - Kemenangan ini membuat Jerman menjadi negara Eropa pertama yang memenangkan trofi Piala Dunia di tanah Amerika Selatan. Kemenangan ini pun membuat Die Mannschaft menjadi tim peringkat kedua pemegang trofi Piala Dunia terbanyak bersama Italia dengan 4 Piala, selisih satu trofi dengan Brasil sebagai pemegang rekor terbanyak sementara.
Pertandingan sendiri sejatinya berjalan ketat. Pertandingan harus berlangsung sepanjang 120 menit karena kedua tim bermain imbang 0-0 pada 90 menit. Hasil akhir pertandingan ini ditentukan oleh kejelian pelatih Jerman, Joachim Loew, dalam melakukan serangkaian perubahan strategi.
Komposisi Starting XI Jerman
Sekitar setengah jam sebelum kick-off, Jerman telah mengeluarkan susunan pemain yang akan turun menjadi starting XI. Tak ada perubahan mencolok yang dilakukan Loew: Neuer pada posisi penjaga gawang, Lahm kembali menjadi fullback kanan menemani Boateng-Hummels-Hoewedes di lini pertahanan, Schweinsteiger-Khedira-Kroos di lini tengah, dan Mueller-Klose-Oezil di lini depan. Susunan pemain yang sama dengan yang berlaga di semi-final melawan Brasil, Selasa lalu.
Keputusan memainkan Phillip Lahm kembali pada posisi aslinya tak lepas dari permainan apiknya saat Jerman menggasak Brasil 7-1. Kapten tim Jerman tersebut berhasil menciptakan 2 assist pada laga itu. Itu pun yang diharapkan Loew pada pertandingan melawan Argentina. Lahm diharapkan kembali mampu memberikan variasi serangan dengan penetrasinya di sisi sebelah kanan. Maka dari itu, Loew tak kembali menurunkan pola 4 centre-back dan menjadikan Lahm sebagai holding midfielder pada laga final ini seperti beberapa pertandingan sebelumnya.
Masalah justru muncul di lini tengah beberapa menit menjelang pertandingan di mulai. Sami Khedira yang disiapkan sebagai box-to-box midfielder menemani Toni Kroos, menderita cedera engkel saat melakukan pemanasan. Loew akhirnya memilih Christoph Kramer agar tak mengubah pola 4-3-3. Sebuah perjudian besar mengingat gelandang asal M’Gladbach itu baru 4x tampil berseragam Jerman. Laga final itu pun menjadi starting XI pertamanya bagi pemain berusia 23 tahun itu.
Sementara itu, di lini depan Loew kembali mengandalkan striker veteran, Miroslav Klose. Penampilannya Selasa lalu yang diiringi dengan satu gol ke gawang Julio Cesar membuat pencetak gol terbanyak Piala Dunia dengan 16 gol ini mendapatkan jatah di lini depan Jerman. Ia menjadi ujung serangan dan ditopang oleh gelandang Arsenal, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller yang telah mencetak 5 gol sepanjang turnamen.
Grafik Starting XI
Ketimpangan di Lini Penyerangan
Jerman mendapat keuntungan dengan gaya bertahan yang diperagakan Argentina yang bersabar menunggu serangan datang. Jerman terlihat menguasai jalannya pertandingan pada babak pertama. Mereka bahkan bisa menguasai bola dengan bebas di area tengah milik Argentina. Bola bisa dialirkan ke kedua sayap dengan relatif lebih mudah tanpa gangguan berarti dari para pemain Argentina.
Grafik passing Jerman pada babak pertama
Namun ada problem pada efektifitas serangan yang dilancarkan skuat asuhan Loew tersebut. Meski bola yang dialirkan ke kanan dan ke kiri seimbang, bola yang dikirimkan ke area kotak penalti lebih banyak dihasilkan dari sisi sebelah kanan.
Dari 14 umpan silang yang dilakukan Jerman, hanya satu yang berasal dari sisi sebelah kiri
Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pergerakan Hoewedes di sisi kiri yang memang kurang membantu Oezil. Meski Hoewedes rajin naik hingga mendekati area kotak penalti Argentina, Hoewedes tak sekali pun melakukan umpan silang. Berbeda dengan sisi kanan yang dihuni oleh Mueller dan Lahm di mana keduanya masing-masing melakukan 4 kali umpan silang pada 45 menit pertama. Walaupun sebenarnya hal ini wajar terjadi mengingat Hoewedes bukanlah pemain bertipikal fullback seperti Lahm.
Pergerakan Hoewedes di sisi kiri ini justru sebenarnya lebih membahayakan lini pertahanan Jerman. Dengan Hoewedes yang lamban, pemain Schalke 04 ini tak bisa menandingi kecepatan lini penyerangan Argentina yang mengandalkan Ezequiel Lavezzi atau Lionel Messi untuk mengeksploitasi sisi ini.
Gol Higuain yang dianulir pun dimulai dari sisi kiri yang melompong sehingga sangat terbuka dieksploitasi. Di sisi itulah beroperasinya Lavezzi. Agresifitas Lavezzi bukan hanya memaksa Hoewedes untuk berhati-hati ikut naik menyerang, tapi secara efektif sering turun ke belakang membantu kerja Zabaleta meredam Oezil.
Untungnya Bastian Scweinsteiger bermain baik dan sanggup memberi perlindungan yang memadai bagi lini pertahanan guna menambal kebocoran di sisi kiri pertahanan sehingga lini pertahanan Jerman aman selama babak pertama.
Meski menguasai jalannya pertandingan pada babak pertama, Jerman masih kesulitan menembus lini pertahanan Argentina dan menciptakan peluang gol. Kerapatan Argentina di lini belakang membuat Klose cs hanya bisa melakukan 3 tembakan dengan hanya satu yang mengarah gawang.
Efektivitas Pergantian Pemain
Cederanya Kramer pada menit ke-30 memaksa Loew melakukan pergantian pemain. Namun karena tak ada lagi pemain tengah yang tersedia di bangku cadangan, maka Loew memilih untuk memasukan Andre Schuerrle. Schuerrle kemudian ditempatkan di sayap kiri bertukar dengan Oezil yang kembali ke "habitat" aslinya di tengah.
Pergantian Schuerrle ini tak sekadar menggantikan pemain yang cedera. Loew telah menyiapkan strategi baru untuk membongkar lini pertahanan Argentina. Setelah Schuerrle masuk, Jerman memiliki fleksibilitas formasi pada 4-3-3 atau 4-2-3-1 dengan Oezil menjadi pemain yang berada di belakang penyerang.
Selain itu, pola penyerangan pun mengalami perubahan. Bola yang biasanya sering bergulir di area tengah, kali ini lebih langsung diarahkan ke sisi sayap sejak bola dikuasai di lini pertahanan.
Perbedaan skema serangan Jerman babak 1 (atas) dan babak 2 (bawah)
Hasilnya serangan Jerman menjadi lebih hidup. Tercatat 6 dari 9 percobaan tendangan ke arah gawang Jerman berasal dari serangan sayap baik kiri maupun kanan. Schuerrle pun turut menyumbang dua tembakan ke arah gawang di mana satu tembakan kerasnya nyaris membuahkan gol jika saja tak berhasil di amankan kiper Romero.
Ini dimudahkan oleh masuknya Aguero menggantikan Lavezzi. Pemain Man City ini kinerjanya tak sebagus Lavezzi, baik dalam mengganggu sisi kiri pertahanan Jerman yang dijaga Howedes, tapi Aguero juga tidak seaktif Lavezzi dalam membantu pertahanan. Zabaleta tak mendapatkan bantuan sebagaimana yang dia dapatkan saat Lavezzi masih ada di lapangan.
Selain Schuerrle, Loew memasukkan Goetze menjelang akhir babak kedua. Pergantian ini dilakukan karena Klose terlihat kepayahan menjelang akhir-akhir laga. Lagipula performanya sepanjang laga tak terlalu memberikan kontribusi maksimal karena hanya menciptakan satu tembakan ke arah gawang dalam tempo 89 menit bermain.
Masuknya Goetze, Loew kembali melakukan pertukaran posisi di lini depan. Goetze yang diproyeksikan sebagai gelandang serang tengah membuat Oezil beroperasi di sisi sebelah kanan. Mueller pun kali ini ditempatkan di dalam kotak penalti dan kembali memainkan peran sebagai false nine.
Pergantian ini membuahkan hasil. Pada menit ke-113 Goetze berhasil mencetak gol setelah memanfaatkan umpan silang Schuerrle. Goetze mendapatkan ruang bebas di area kotak penalti setelah Mueller berhasil memancing bek Argentina, Martin Demichelis, mengikuti pergerakannya untuk membukakan pintu masuk bagi Goetze ke area kotak penalti.
Gol bersejarah ini mungkin tidak akan terjadi andai Mueller tidak bergerak turun beberapa langkah. Gerakan itu berhasil menarik Demichelis naik ke atas beberapa langkah saja, tapi itu sudah cukup memberi ruang yang dibutuhkan oleh Goetze untuk bisa leluasa menahan bola dengan dada dan mengakhirinya dengan tendangan voli.
Mengganti Klose dan memberi Muller peran sebagai false-nine menjadi perubahan kecil yang akan dicatat oleh sejarah sebagai peragaan paling sempurna dari peran taktikal seorang false-nine. Orang tak perlu lagi mencari artikel untuk memahami apa dan bagaimana false-nine bekerja, cukup melihat proses gol Goetze ini.
Grafik terjadinya gol
Kesimpulan
Perjuangan panjang Jerman dalam menciptakan sebuah tim yang dihuni pemain-pemain muda bertalenta membuahkan hasil. Pemain-pemain seperti Mueller, Goetze, Schuerrle, dan Kroos telah memulai karirnya yang masih panjang dengan sebuah pencapaian yang luar biasa: sebagai juara dunia.
Namun kredit khusus patut diberikan pada sang pelatih, Joachim Loew. Berkat kejelian dan kecermatannya dalam menerapkan taktik, Jerman berhasil keluar sebagai pemenang dengan perubahan-perubahan positif yang terjadi di lapangan sepanjang laga.
Tak hanya pada laga melawan Argentina, sepanjang turnamen pun Loew telah melakukan banyak perubahan taktik dan strategi untuk membuat Jerman menjadi tim yang terkalahkan dengan hanya kemasukan 4 gol.
Selain itu, Loew telah membuat sepakbola Jerman memiliki permainan yang sempurna dalam sepakbola, di mana ia bisa menggabungkan kolektivitas tim, taktik, sepakbola cerdas dan modern serta mampu mengeluarkan performa terbaik para pemain-pemainnya. Maka, kemenangan yang diraih Jerman hari ini, adalah penghargaan yang sangat layak diberikan untuk tim yang mampu menampilkan seperti apa sepakbola seharusnya diperagakan.
Gratuilere, Deutschland!
================================================
* Sentabet Football Indonesia Mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia, meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan SFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Twitter: @Sentabet, Facebook: Sentabet, Website: www.sentabet.com.
AGEN BOLA |
Agen Bola - Final Piala Dunia 2014: Jerman 1-0 Argentina - Kemenangan ini membuat Jerman menjadi negara Eropa pertama yang memenangkan trofi Piala Dunia di tanah Amerika Selatan. Kemenangan ini pun membuat Die Mannschaft menjadi tim peringkat kedua pemegang trofi Piala Dunia terbanyak bersama Italia dengan 4 Piala, selisih satu trofi dengan Brasil sebagai pemegang rekor terbanyak sementara.
Agen Bola Online
Pertandingan sendiri sejatinya berjalan ketat. Pertandingan harus berlangsung sepanjang 120 menit karena kedua tim bermain imbang 0-0 pada 90 menit. Hasil akhir pertandingan ini ditentukan oleh kejelian pelatih Jerman, Joachim Loew, dalam melakukan serangkaian perubahan strategi.
Komposisi Starting XI Jerman
Sekitar setengah jam sebelum kick-off, Jerman telah mengeluarkan susunan pemain yang akan turun menjadi starting XI. Tak ada perubahan mencolok yang dilakukan Loew: Neuer pada posisi penjaga gawang, Lahm kembali menjadi fullback kanan menemani Boateng-Hummels-Hoewedes di lini pertahanan, Schweinsteiger-Khedira-Kroos di lini tengah, dan Mueller-Klose-Oezil di lini depan. Susunan pemain yang sama dengan yang berlaga di semi-final melawan Brasil, Selasa lalu.
Keputusan memainkan Phillip Lahm kembali pada posisi aslinya tak lepas dari permainan apiknya saat Jerman menggasak Brasil 7-1. Kapten tim Jerman tersebut berhasil menciptakan 2 assist pada laga itu. Itu pun yang diharapkan Loew pada pertandingan melawan Argentina. Lahm diharapkan kembali mampu memberikan variasi serangan dengan penetrasinya di sisi sebelah kanan. Maka dari itu, Loew tak kembali menurunkan pola 4 centre-back dan menjadikan Lahm sebagai holding midfielder pada laga final ini seperti beberapa pertandingan sebelumnya.
Masalah justru muncul di lini tengah beberapa menit menjelang pertandingan di mulai. Sami Khedira yang disiapkan sebagai box-to-box midfielder menemani Toni Kroos, menderita cedera engkel saat melakukan pemanasan. Loew akhirnya memilih Christoph Kramer agar tak mengubah pola 4-3-3. Sebuah perjudian besar mengingat gelandang asal M’Gladbach itu baru 4x tampil berseragam Jerman. Laga final itu pun menjadi starting XI pertamanya bagi pemain berusia 23 tahun itu.
Sementara itu, di lini depan Loew kembali mengandalkan striker veteran, Miroslav Klose. Penampilannya Selasa lalu yang diiringi dengan satu gol ke gawang Julio Cesar membuat pencetak gol terbanyak Piala Dunia dengan 16 gol ini mendapatkan jatah di lini depan Jerman. Ia menjadi ujung serangan dan ditopang oleh gelandang Arsenal, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller yang telah mencetak 5 gol sepanjang turnamen.
Grafik Starting XI
Ketimpangan di Lini Penyerangan
Jerman mendapat keuntungan dengan gaya bertahan yang diperagakan Argentina yang bersabar menunggu serangan datang. Jerman terlihat menguasai jalannya pertandingan pada babak pertama. Mereka bahkan bisa menguasai bola dengan bebas di area tengah milik Argentina. Bola bisa dialirkan ke kedua sayap dengan relatif lebih mudah tanpa gangguan berarti dari para pemain Argentina.
Grafik passing Jerman pada babak pertama
Namun ada problem pada efektifitas serangan yang dilancarkan skuat asuhan Loew tersebut. Meski bola yang dialirkan ke kanan dan ke kiri seimbang, bola yang dikirimkan ke area kotak penalti lebih banyak dihasilkan dari sisi sebelah kanan.
Dari 14 umpan silang yang dilakukan Jerman, hanya satu yang berasal dari sisi sebelah kiri
Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pergerakan Hoewedes di sisi kiri yang memang kurang membantu Oezil. Meski Hoewedes rajin naik hingga mendekati area kotak penalti Argentina, Hoewedes tak sekali pun melakukan umpan silang. Berbeda dengan sisi kanan yang dihuni oleh Mueller dan Lahm di mana keduanya masing-masing melakukan 4 kali umpan silang pada 45 menit pertama. Walaupun sebenarnya hal ini wajar terjadi mengingat Hoewedes bukanlah pemain bertipikal fullback seperti Lahm.
Pergerakan Hoewedes di sisi kiri ini justru sebenarnya lebih membahayakan lini pertahanan Jerman. Dengan Hoewedes yang lamban, pemain Schalke 04 ini tak bisa menandingi kecepatan lini penyerangan Argentina yang mengandalkan Ezequiel Lavezzi atau Lionel Messi untuk mengeksploitasi sisi ini.
Gol Higuain yang dianulir pun dimulai dari sisi kiri yang melompong sehingga sangat terbuka dieksploitasi. Di sisi itulah beroperasinya Lavezzi. Agresifitas Lavezzi bukan hanya memaksa Hoewedes untuk berhati-hati ikut naik menyerang, tapi secara efektif sering turun ke belakang membantu kerja Zabaleta meredam Oezil.
Untungnya Bastian Scweinsteiger bermain baik dan sanggup memberi perlindungan yang memadai bagi lini pertahanan guna menambal kebocoran di sisi kiri pertahanan sehingga lini pertahanan Jerman aman selama babak pertama.
Meski menguasai jalannya pertandingan pada babak pertama, Jerman masih kesulitan menembus lini pertahanan Argentina dan menciptakan peluang gol. Kerapatan Argentina di lini belakang membuat Klose cs hanya bisa melakukan 3 tembakan dengan hanya satu yang mengarah gawang.
Efektivitas Pergantian Pemain
Cederanya Kramer pada menit ke-30 memaksa Loew melakukan pergantian pemain. Namun karena tak ada lagi pemain tengah yang tersedia di bangku cadangan, maka Loew memilih untuk memasukan Andre Schuerrle. Schuerrle kemudian ditempatkan di sayap kiri bertukar dengan Oezil yang kembali ke "habitat" aslinya di tengah.
Pergantian Schuerrle ini tak sekadar menggantikan pemain yang cedera. Loew telah menyiapkan strategi baru untuk membongkar lini pertahanan Argentina. Setelah Schuerrle masuk, Jerman memiliki fleksibilitas formasi pada 4-3-3 atau 4-2-3-1 dengan Oezil menjadi pemain yang berada di belakang penyerang.
Selain itu, pola penyerangan pun mengalami perubahan. Bola yang biasanya sering bergulir di area tengah, kali ini lebih langsung diarahkan ke sisi sayap sejak bola dikuasai di lini pertahanan.
Perbedaan skema serangan Jerman babak 1 (atas) dan babak 2 (bawah)
Hasilnya serangan Jerman menjadi lebih hidup. Tercatat 6 dari 9 percobaan tendangan ke arah gawang Jerman berasal dari serangan sayap baik kiri maupun kanan. Schuerrle pun turut menyumbang dua tembakan ke arah gawang di mana satu tembakan kerasnya nyaris membuahkan gol jika saja tak berhasil di amankan kiper Romero.
Ini dimudahkan oleh masuknya Aguero menggantikan Lavezzi. Pemain Man City ini kinerjanya tak sebagus Lavezzi, baik dalam mengganggu sisi kiri pertahanan Jerman yang dijaga Howedes, tapi Aguero juga tidak seaktif Lavezzi dalam membantu pertahanan. Zabaleta tak mendapatkan bantuan sebagaimana yang dia dapatkan saat Lavezzi masih ada di lapangan.
Selain Schuerrle, Loew memasukkan Goetze menjelang akhir babak kedua. Pergantian ini dilakukan karena Klose terlihat kepayahan menjelang akhir-akhir laga. Lagipula performanya sepanjang laga tak terlalu memberikan kontribusi maksimal karena hanya menciptakan satu tembakan ke arah gawang dalam tempo 89 menit bermain.
Masuknya Goetze, Loew kembali melakukan pertukaran posisi di lini depan. Goetze yang diproyeksikan sebagai gelandang serang tengah membuat Oezil beroperasi di sisi sebelah kanan. Mueller pun kali ini ditempatkan di dalam kotak penalti dan kembali memainkan peran sebagai false nine.
Pergantian ini membuahkan hasil. Pada menit ke-113 Goetze berhasil mencetak gol setelah memanfaatkan umpan silang Schuerrle. Goetze mendapatkan ruang bebas di area kotak penalti setelah Mueller berhasil memancing bek Argentina, Martin Demichelis, mengikuti pergerakannya untuk membukakan pintu masuk bagi Goetze ke area kotak penalti.
Gol bersejarah ini mungkin tidak akan terjadi andai Mueller tidak bergerak turun beberapa langkah. Gerakan itu berhasil menarik Demichelis naik ke atas beberapa langkah saja, tapi itu sudah cukup memberi ruang yang dibutuhkan oleh Goetze untuk bisa leluasa menahan bola dengan dada dan mengakhirinya dengan tendangan voli.
Mengganti Klose dan memberi Muller peran sebagai false-nine menjadi perubahan kecil yang akan dicatat oleh sejarah sebagai peragaan paling sempurna dari peran taktikal seorang false-nine. Orang tak perlu lagi mencari artikel untuk memahami apa dan bagaimana false-nine bekerja, cukup melihat proses gol Goetze ini.
Grafik terjadinya gol
Kesimpulan
Perjuangan panjang Jerman dalam menciptakan sebuah tim yang dihuni pemain-pemain muda bertalenta membuahkan hasil. Pemain-pemain seperti Mueller, Goetze, Schuerrle, dan Kroos telah memulai karirnya yang masih panjang dengan sebuah pencapaian yang luar biasa: sebagai juara dunia.
Namun kredit khusus patut diberikan pada sang pelatih, Joachim Loew. Berkat kejelian dan kecermatannya dalam menerapkan taktik, Jerman berhasil keluar sebagai pemenang dengan perubahan-perubahan positif yang terjadi di lapangan sepanjang laga.
Tak hanya pada laga melawan Argentina, sepanjang turnamen pun Loew telah melakukan banyak perubahan taktik dan strategi untuk membuat Jerman menjadi tim yang terkalahkan dengan hanya kemasukan 4 gol.
Selain itu, Loew telah membuat sepakbola Jerman memiliki permainan yang sempurna dalam sepakbola, di mana ia bisa menggabungkan kolektivitas tim, taktik, sepakbola cerdas dan modern serta mampu mengeluarkan performa terbaik para pemain-pemainnya. Maka, kemenangan yang diraih Jerman hari ini, adalah penghargaan yang sangat layak diberikan untuk tim yang mampu menampilkan seperti apa sepakbola seharusnya diperagakan.
Gratuilere, Deutschland!
================================================
* Sentabet Football Indonesia Mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia, meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan SFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Twitter: @Sentabet, Facebook: Sentabet, Website: www.sentabet.com.
Posted By : AGEN BOLA SENTABET
0 komentar:
Posting Komentar