Agen Bola - Belanda Dibuat Frustrasi Pertahanan dan Jebakan Offside Kosta Rika - Belanda memang berhasil lolos ke semifinal usai mengalahkan Kosta Rika lewat drama adu penalti. Tapi selama 120 menit Oranje dibuat frustrasi oleh berlapisnya pertahanan serta jebakan offside Los Ticos.
Agen Bola - Belanda Dibuat Frustrasi Pertahanan dan Jebakan Offside Kosta Rika - Beberapa orang melihat sesuatu secara apa adanya, dan saat melakukan hal yang tidak biasa, akan bertanya “mengapa?”. Sementara beberapa orang lainnya memimpikan hal yang tidak pernah ada, dan bertanya “mengapa tidak?”.
Kutipan terkenal dari George Bernard Shaw ini mungkin tepat untuk menggambarkan keputusan unik Louis Van Gaal dalam pertandingan perempatfinal antara Belanda dan Kosta Rika.
Menjelang detik-detik akhir pertandingan, Van Gaal mengambil keputusan yang tak biasa. Ia melakukan pergantian kiper. Jasper Cillessen yang mengawal gawang Belanda sepanjang laga, digantikan oleh Tim Krul. Padahal pertandingan tinggal menyisakan babak adu penalti.
Catatan Tim Krul saat membela Newcastle juga sebenarnya tidak terlalu cemerlang. Dalam 5 tahun terakhir, dari 20 tendangan penalti yang dihadapi oleh Krul, hanya dua yang berhasil digagalkan. Penyelamatan penalti Krul terakhir pun terjadi sudah lebih dari dua tahun lalu, ketika ia berhasil menahan tendangan pemain Blackburn Rovers, David Dunn, pada bulan Februari 2012.
Namun, ternyata keputusan “gila” Van Gaal ini berbuah manis. Krul benar-benar berhasil menjalankan tugasnya dengan menggagalkan 2 dari 5 tendangan Kosta Rika pada babak adu penalti. Dua penyelamatan Krul ini pun akhirnya membawa Belanda melaju ke babak semifinal.
Ya, Van Gaal jelas masuk ke dalam kategori manusia yang kedua. Melakukan pergantian kiper hanya untuk adu penalti? Kenapa tidak?
Kosta Rika dengan Pola Biasa
Kosta Rika memainkan formasi andalannya sepanjang Piala Dunia. Pelatih asal Kolombia, Jose Luis Pinto, tetap memainkan formasi 5-4-1 dengan Joel Campbell berada di depan sebagai penyerang tunggal.
Sementara itu, pada barisan pertahanan, perubahan hanya terjadi pada Oscar Duarte yang harus absen akibat terkena kartu merah saat melawan Yunani. Bek berumur 30 tahun yang kini membela Alejuelense, Johnny Acosta, lalu menempati posisi yang ditinggalkan oleh Duarte ini.
Sedangkan di kubu Belanda, Louis Van Gaal melakukan beberapa perubahan pada Starting XI. Nigel De Jong, yang absen karena mengalami cedera, digantikan oleh gelandang muda asal PSV, Georginio Wijnaldum. Sementara itu, satu gelandang lainnya, Anthony De Guzman, tidak masuk ke dalam susunan tim inti. Van Gaal lebih memilih untuk memainkan Memphis Depay sebagai penyerang sayap dari menit awal.
Van Gaal juga tidak memainkan fullback kanan andalan, Daryl Janmaat, dan lebih mempercayakan pemain berpengalaman, Dirk Kuyt, untuk mengisi posisi ini. Dengan susunan pemain ini, Van Gaal memainkan formasi 3-4-3 dengan trio Memphis Depay, Robin Van Persie, dan Arjen Robben di depan.
Starting XI yang diturunkan oleh kedua tim
Kebuntuan Belanda di 20 Menit Awal
Seperti yang sudah disebutkan di awal, tidak ada satu pun gol yang tercipta selama 120 menit pertandingan. Jika kemudian melihat ke statistik pertandingan, mungkin kita akan langsung mengambil kesimpulan salah terhadap pertandingan ini.
Ball possession yang dipegang Belanda mencapai 67,6%, sementara itu Kosta Rika hanya 32,4%. Operan di area final third yang dilakukan Belanda pun mencapai 179 kali sedangkan Kosta Rika hanya 83 kali. Ditambah lagi, Belanda mendapatkan kesempatan tendangan sudut sebanyak 11 kali sedangkan Kosta Rika hanya 1 kali dalam 120 menit.
Dari angka-angka itu mungkin kita akan langsung berkesimpulan bahwa Kosta Rika bermain sangat bertahan dan Belanda menguasai penuh jalannya pertandingan. Kesimpulan ini mungkin tidak sepenuhnya salah, meski juga tidak bisa dikatakan benar.
Pertandingan berakhir tanpa terjadi satu pun gol memang disebabkan oleh pertahanan Kosta Rika yang sangat solid. Namun, mengatakan Kosta Rika bermain sangat bertahan sepertinya terlalu tidak adil, karena faktanya Kosta Rika tetap berani melayani permainan Belanda hingga ke daerah pertahanan lawan.
Jika pada dunia sepak bola belakangan ini mengenal permainan bertahan total dengan sebutan "parkir bus", yaitu dengan menumpuk sebanyak mungkin pemain di depan kotak penalti, Jose Luis Pinto justru memperkenalkan cara bertahan yang lain. Alih-alih menempatkan para pemain bertahannya rapat di depan kotak penalti, Pinto justru menempatkan garis pertahanan cukup tinggi.
Trio penyerang Kosta Rika bahkan maju ke depan untuk melakukan pressing kepada pemain bertahan Belanda saat mereka menguasai bola. Dua gelandang Kosta Rika berada di tengah untuk mengawal 2 gelandang Belanda, sedangkan lima pemain bertahan di belakang menjaga trio penyerang Belanda, sambil mengawasi kedua fullback Belanda yang sering melakukan overlap.
Kosta Rika melakukan man to man marking di area tengah lapangan yang membuat para pemain Belanda sama sekali tidak bisa memainkan bola dengan tenang. Tingginya garis pertahanan Kosta Rika menyebabkan area permainan menjadi lebih sempit, sehingga aliran operan Belanda tidak dapat berjalan lancar.
Bola-bola panjang pun bukan merupakan jawaban bagi serangan Belanda di menit-menit awal pertandingan. Permainan disiplin yang diperagakan ketiga bek tengah Kosta Rika membuat mereka selalu dapat mematahkan umpan-umpan panjang Belanda.
Dengan cara ini, Kosta Rika berhasil membuat serangan Belanda mengalami kebuntuan di 20 menit pertama. Belanda hanya bisa berputar-putar di areanya sendiri sebelum kemudian melepaskan umpan panjang akhirnya gagal juga. Selama 20 menit pertama ini, 164 operan berhasil yang dilakukan Belanda, tidak berujung pada satupun tendangan ke arah gawang.
Chalkboard operan pemain Belanda pada 20 menit pertama
Serangan Balasan Kosta Rika
Meski menampilkan pertahanan yang kokoh, bukan berarti Kosta Rika sama sekali tidak melakukan usaha menyerang. Pasukan Jose Pinto ini sesekali melancarkan serangan balasan. Pinto melihat satu celah yang terbuka dari pertahanan Belanda.
Van Gaal menempatkan Dirk Kuyt dan Arjen Robben berdiri sangat lebar di sisi kanan.
Hadirnya kedua pemain ini membuat bek kiri Kosta Rika, Junior Diaz, selalu disibukkan untuk menahan gempuran kedua pemain Belanda tersebut. Hal ini menyebabkan Diaz sangat jarang memiliki kesempatan untuk maju menyerang.
Sebaliknya, di sisi kanan, Van Gaal menempatkan Memphis Depay yang berdiri agak ke tengah mendekati Robin Van Persie. Di belakang Depay, ada Daley Blind yang hanya difungsikan untuk mengambil bola, ketika bola terpental kembali ke belakang.
Dengan kondisi ini, Cristian Gamboa yang menjadi bek kiri Kosta Rika tidak perlu terlalu menghalau serangan Belanda. Pemain ini menjadi punya kesempatan lebih untuk ikut maju menyerang.
Dari sinilah kemudian Jose Pinto memerintahkan para pemain Kosta Rika untuk menembus pertahanan Belanda. Yaitu melalui sisi kanan. Pinto kemudian juga menggeser Joel Campbell ke sisi kanan untuk meningkatkan daya dobrak.
Hal ini tergambar dari hasil statistik pertandingan. Tercatat, 42% serangan Kosta Rika dilakukan melalui sektor kanan, sedangkan dari tengah hanya 30% dan kari kiri hanya 28%.
Arah Serangan Kosta Rika
Hanya saja serangan Kosta Rika pun juga tidak membuahkan hasil. Serangan dari sayap kanan memang berhasil membuat sisi kiri pertahanan Belanda kewalahan, namun semua menjadi sia-sia ketika mereka hanya memiliki seorang Bryan Ruiz di dalam kotak penalti.
Terlalu mudah bagi barisan pertahanan Belanda untuk mematahkan umpan silang Kosta Rika, saat hanya ada satu pemain di dalam kotak penalti. Tercatat, dari 6 kali umpan silang yang dilakukan Kosta Rika sepanjang babak pertama, tidak ada satupun yang berhasil.
Jebakan Offside Kosta Rika
Memasuki babak kedua, Kosta Rika harus menghadapi pertanyaan terbesar dari permainan mereka, yaitu seberapa lama mereka bisa bertahan?
Melakukan man to man marking dan melayani bola-bola jauh Belanda tentu akan sangat menguras stamina. Jika terus seperti ini, maka hanya tinggal menunggu waktu sampai pemain Kosta Rika kehabisan tenaga dan melakukan kesalahan.
Apalagi Kosta Rika sendiri pada babak 16 besar harus memainkan pertandingan sampai babak perpanjangan waktu, berbeda dengan Belanda yang menundukkan Meksiko dalam waktu normal.
Namun, ternyata Pinto sudah menyiapkan strategi lain untuk mengatasi ini. Yaitu dengan menerapkan jebakan offside. Kosta Rika tetap mempertahankan garis pertahanan yang tinggi. Namun kini bola-bola panjang Belanda diantisipasi dengan menjebak offside para penyerang Belanda.
Permainan disiplin yang diperagakan barisan pertahanan Kosta Rika membuat mereka tidak melakukan kesalahan dalam mengeksekusi skema ini.
Cara ini pun ternyata cukup efektif. Total 13 kali pemain Belanda terkena jebakan offside Kosta Rika.
Mengisolir Robben
Belanda sendiri tetap mengandalkan serangan dari sisi kanan. Catatan statistik menunjukan bahwa Belanda melakukan serangan dari area sayap ini hingga mencapai 43%. Arjen Robben yang beroperasi di sisi ini terus menjadi tumpuan serangan Belanda.
Arah Serangan Belanda
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, keahlian utama Robben adalah dalam melakukan cutting inside dan melepaskan tendangan ke gawang menggunakan kaki kiri. Ditempatkannya pemain Bayern Munich tersebut di sisi kanan juga bertujuan untuk mengeluarkan keahlian utamanya tersebut.
Tapi Pinto pun sudah merencanakan strategi untuk mencegah Robben mengobrak-abrik pertahanan timnya. Pinto menyiapkan pertahanan berlapis hanya untuk menutup pergerakan Robben dari kanan.
Setidaknya akan ada 2 pemain yang langsung menutup pergerakan Robben ketika Robben memegang bola di sisi kanan. Dengan, begitu Robben tidak akan bisa dengan leluasa melepaskan tendangan ke gawang.
Aksi Robben yang selalu dikawal 2 pemain Kosta Rika
Dan apa yang dirancang pelatih asal Kolombia ini berhasil. Robben memang menunjukan kemampuan menggiring bola yang sangat berbahaya. Tercatat dari 11 kali usahanya melewati pemain Kosta Rika, 8 di antaranya berhasil.
Namun Pinto sukses meminimalisir kekuatan utama Robben, yaitu tendangan dari kaki kirinya. Sepanjang pertandingan, Robben melepaskan 5 kali tendangan ke gawang dan kelima tendangan tersebut berhasil diblok oleh barisan pertahanan Kosta Rika.
Lima usaha tembakan Robben yang selalu di blok barisan pertahanan Kosta Rika
Tantangan Van Gaal di Akhir Pertandingan
Melihat pertandingan yang berlangsung monoton dan ditambah barisan pertahanan Kosta Rika yang semakin rapat di belakang. Van Gaal memasukan satu penyerang tambahan, yaitu Klaas Jan huntelaar yang menggantikan seorang bek tengah, Bruno Martins Indi. Pergantian ini dilakukan saat memasuki fase 15 menit terakhir babak perpanjangan waktu.
Kedua tim yang ngotot untuk tidak mau keluar dari pola andalan memang membuat pertandingan berjalan sedikit membosankan. Padahal, kedua tim sudah tahu bahwa cara bermain mereka masing-masing sudah sama-sama mengalami kebuntuan.
Dengan melakukan pergantian pemain ini, Van Gaal seolah-olah melayangkan tantangan kepada Pinto untuk bermain lebih terbuka.
Dengan perubahan ini, Belanda memang memiliki lebih banyak pilihan dalam melakukan serangan. Hadirnya Huntelaar di kotak penalti lawan membuat opsi dalam mengirimkan operan tidak hanya tertuju pada Van Persie saja.
Belanda pun berhasil menciptakan 5 kali usaha mencetak gol pada masa ini. Namun sayang tidak ada satupun yang mencapai target gawang.
Tapi, di sisi lain, perubahan strategi Van Gaal ini sangat berisiko bagi pertahanan mereka. Dengan hanya menyisakan 2 gelandang di tengah, Kosta Rika jadi lebih nyaman untuk menyerang.
Serangan Kosta Rika –yang tadinya hanya bertumpu dari sisi kanan—kini bisa dilakukan dari tengah. Ditambah lagi barisan pertahanan Belanda hanya akan menyisakan 2 bek tengah, karena kedua fullback yang ikut naik menyerang.
Kosta Rika mulai bisa mengancam pertahanan Belanda pada masa ini.
Dari enam kali tembakan ke gawang yang dilakukan Kosta Rika sepanjang pertandingan, 3 di antaranya dilakukan pada babak kedua perpanjangan waktu. Bahkan Kosta Rika hampir saja mencetak gol, jika saja Marcos Urena lebih tenang dalam mengeksekusi peluang satu lawan satu dengan JesperCillessen.
Kesimpulan
Kosta Rika memperagakan permainan yang sangat disiplin saat bertahan. Dengan melakukan man to man marking di tengah lapangan dan garis pertahanan yang tinggi, Kosta Rika berhasil membuat Belanda tidak bisa mengalirkan bola dengan baik. Jebakan Offside kemudian menjadi senjata lain bagi Kosta Rika untuk menghalau bola-bola jauh Belanda.
Arjen Robben yang menjadi tumpuan serangan Belanda pun dihentikan dengan menutup pergerakan pemain Bayern Munchen ini menggunakan minimal 2 pemain sekaligus. Robben dibuat tidak bisa melakukan tendangan ke gawang akibat ditutup oleh berlapis-lapis pemain Kosta Rika.
Kedua pelatih sama-sama tidak mau melepaskan permainan andalannya meski sama-sama sudah menemui jalan buntu. Keputusan Van Gaal untuk akhirnya bermain terbuka pada 15 menit terakhir perpanjangan waktu memang merubah jalannya pertandingan. Namun, dengan sisa waktu terbatas dan kondisi stamina para pemain yang sudah mulai terkuras, usaha Van Gaal ini akhirnya tidak membuahkan hasil.
Pertandingan pun harus diakhiri lewat drama adu penalti. Louis Van Gaal dengan keputusan uniknya mengganti kiper di menit ke-120, sukses mengantarkan Belanda ke pertandingan semi final untuk berhadapan dengan Argentina.
AGEN BOLA |
Agen Bola - Belanda Dibuat Frustrasi Pertahanan dan Jebakan Offside Kosta Rika - Beberapa orang melihat sesuatu secara apa adanya, dan saat melakukan hal yang tidak biasa, akan bertanya “mengapa?”. Sementara beberapa orang lainnya memimpikan hal yang tidak pernah ada, dan bertanya “mengapa tidak?”.
Agen Bola Piala Dunia
Kutipan terkenal dari George Bernard Shaw ini mungkin tepat untuk menggambarkan keputusan unik Louis Van Gaal dalam pertandingan perempatfinal antara Belanda dan Kosta Rika.
Menjelang detik-detik akhir pertandingan, Van Gaal mengambil keputusan yang tak biasa. Ia melakukan pergantian kiper. Jasper Cillessen yang mengawal gawang Belanda sepanjang laga, digantikan oleh Tim Krul. Padahal pertandingan tinggal menyisakan babak adu penalti.
Catatan Tim Krul saat membela Newcastle juga sebenarnya tidak terlalu cemerlang. Dalam 5 tahun terakhir, dari 20 tendangan penalti yang dihadapi oleh Krul, hanya dua yang berhasil digagalkan. Penyelamatan penalti Krul terakhir pun terjadi sudah lebih dari dua tahun lalu, ketika ia berhasil menahan tendangan pemain Blackburn Rovers, David Dunn, pada bulan Februari 2012.
Namun, ternyata keputusan “gila” Van Gaal ini berbuah manis. Krul benar-benar berhasil menjalankan tugasnya dengan menggagalkan 2 dari 5 tendangan Kosta Rika pada babak adu penalti. Dua penyelamatan Krul ini pun akhirnya membawa Belanda melaju ke babak semifinal.
Ya, Van Gaal jelas masuk ke dalam kategori manusia yang kedua. Melakukan pergantian kiper hanya untuk adu penalti? Kenapa tidak?
Kosta Rika dengan Pola Biasa
Kosta Rika memainkan formasi andalannya sepanjang Piala Dunia. Pelatih asal Kolombia, Jose Luis Pinto, tetap memainkan formasi 5-4-1 dengan Joel Campbell berada di depan sebagai penyerang tunggal.
Sementara itu, pada barisan pertahanan, perubahan hanya terjadi pada Oscar Duarte yang harus absen akibat terkena kartu merah saat melawan Yunani. Bek berumur 30 tahun yang kini membela Alejuelense, Johnny Acosta, lalu menempati posisi yang ditinggalkan oleh Duarte ini.
Sedangkan di kubu Belanda, Louis Van Gaal melakukan beberapa perubahan pada Starting XI. Nigel De Jong, yang absen karena mengalami cedera, digantikan oleh gelandang muda asal PSV, Georginio Wijnaldum. Sementara itu, satu gelandang lainnya, Anthony De Guzman, tidak masuk ke dalam susunan tim inti. Van Gaal lebih memilih untuk memainkan Memphis Depay sebagai penyerang sayap dari menit awal.
Van Gaal juga tidak memainkan fullback kanan andalan, Daryl Janmaat, dan lebih mempercayakan pemain berpengalaman, Dirk Kuyt, untuk mengisi posisi ini. Dengan susunan pemain ini, Van Gaal memainkan formasi 3-4-3 dengan trio Memphis Depay, Robin Van Persie, dan Arjen Robben di depan.
Starting XI yang diturunkan oleh kedua tim
Kebuntuan Belanda di 20 Menit Awal
Seperti yang sudah disebutkan di awal, tidak ada satu pun gol yang tercipta selama 120 menit pertandingan. Jika kemudian melihat ke statistik pertandingan, mungkin kita akan langsung mengambil kesimpulan salah terhadap pertandingan ini.
Ball possession yang dipegang Belanda mencapai 67,6%, sementara itu Kosta Rika hanya 32,4%. Operan di area final third yang dilakukan Belanda pun mencapai 179 kali sedangkan Kosta Rika hanya 83 kali. Ditambah lagi, Belanda mendapatkan kesempatan tendangan sudut sebanyak 11 kali sedangkan Kosta Rika hanya 1 kali dalam 120 menit.
Dari angka-angka itu mungkin kita akan langsung berkesimpulan bahwa Kosta Rika bermain sangat bertahan dan Belanda menguasai penuh jalannya pertandingan. Kesimpulan ini mungkin tidak sepenuhnya salah, meski juga tidak bisa dikatakan benar.
Pertandingan berakhir tanpa terjadi satu pun gol memang disebabkan oleh pertahanan Kosta Rika yang sangat solid. Namun, mengatakan Kosta Rika bermain sangat bertahan sepertinya terlalu tidak adil, karena faktanya Kosta Rika tetap berani melayani permainan Belanda hingga ke daerah pertahanan lawan.
Jika pada dunia sepak bola belakangan ini mengenal permainan bertahan total dengan sebutan "parkir bus", yaitu dengan menumpuk sebanyak mungkin pemain di depan kotak penalti, Jose Luis Pinto justru memperkenalkan cara bertahan yang lain. Alih-alih menempatkan para pemain bertahannya rapat di depan kotak penalti, Pinto justru menempatkan garis pertahanan cukup tinggi.
Trio penyerang Kosta Rika bahkan maju ke depan untuk melakukan pressing kepada pemain bertahan Belanda saat mereka menguasai bola. Dua gelandang Kosta Rika berada di tengah untuk mengawal 2 gelandang Belanda, sedangkan lima pemain bertahan di belakang menjaga trio penyerang Belanda, sambil mengawasi kedua fullback Belanda yang sering melakukan overlap.
Kosta Rika melakukan man to man marking di area tengah lapangan yang membuat para pemain Belanda sama sekali tidak bisa memainkan bola dengan tenang. Tingginya garis pertahanan Kosta Rika menyebabkan area permainan menjadi lebih sempit, sehingga aliran operan Belanda tidak dapat berjalan lancar.
Bola-bola panjang pun bukan merupakan jawaban bagi serangan Belanda di menit-menit awal pertandingan. Permainan disiplin yang diperagakan ketiga bek tengah Kosta Rika membuat mereka selalu dapat mematahkan umpan-umpan panjang Belanda.
Dengan cara ini, Kosta Rika berhasil membuat serangan Belanda mengalami kebuntuan di 20 menit pertama. Belanda hanya bisa berputar-putar di areanya sendiri sebelum kemudian melepaskan umpan panjang akhirnya gagal juga. Selama 20 menit pertama ini, 164 operan berhasil yang dilakukan Belanda, tidak berujung pada satupun tendangan ke arah gawang.
Chalkboard operan pemain Belanda pada 20 menit pertama
Serangan Balasan Kosta Rika
Meski menampilkan pertahanan yang kokoh, bukan berarti Kosta Rika sama sekali tidak melakukan usaha menyerang. Pasukan Jose Pinto ini sesekali melancarkan serangan balasan. Pinto melihat satu celah yang terbuka dari pertahanan Belanda.
Van Gaal menempatkan Dirk Kuyt dan Arjen Robben berdiri sangat lebar di sisi kanan.
Hadirnya kedua pemain ini membuat bek kiri Kosta Rika, Junior Diaz, selalu disibukkan untuk menahan gempuran kedua pemain Belanda tersebut. Hal ini menyebabkan Diaz sangat jarang memiliki kesempatan untuk maju menyerang.
Sebaliknya, di sisi kanan, Van Gaal menempatkan Memphis Depay yang berdiri agak ke tengah mendekati Robin Van Persie. Di belakang Depay, ada Daley Blind yang hanya difungsikan untuk mengambil bola, ketika bola terpental kembali ke belakang.
Dengan kondisi ini, Cristian Gamboa yang menjadi bek kiri Kosta Rika tidak perlu terlalu menghalau serangan Belanda. Pemain ini menjadi punya kesempatan lebih untuk ikut maju menyerang.
Dari sinilah kemudian Jose Pinto memerintahkan para pemain Kosta Rika untuk menembus pertahanan Belanda. Yaitu melalui sisi kanan. Pinto kemudian juga menggeser Joel Campbell ke sisi kanan untuk meningkatkan daya dobrak.
Hal ini tergambar dari hasil statistik pertandingan. Tercatat, 42% serangan Kosta Rika dilakukan melalui sektor kanan, sedangkan dari tengah hanya 30% dan kari kiri hanya 28%.
Arah Serangan Kosta Rika
Hanya saja serangan Kosta Rika pun juga tidak membuahkan hasil. Serangan dari sayap kanan memang berhasil membuat sisi kiri pertahanan Belanda kewalahan, namun semua menjadi sia-sia ketika mereka hanya memiliki seorang Bryan Ruiz di dalam kotak penalti.
Terlalu mudah bagi barisan pertahanan Belanda untuk mematahkan umpan silang Kosta Rika, saat hanya ada satu pemain di dalam kotak penalti. Tercatat, dari 6 kali umpan silang yang dilakukan Kosta Rika sepanjang babak pertama, tidak ada satupun yang berhasil.
Jebakan Offside Kosta Rika
Memasuki babak kedua, Kosta Rika harus menghadapi pertanyaan terbesar dari permainan mereka, yaitu seberapa lama mereka bisa bertahan?
Melakukan man to man marking dan melayani bola-bola jauh Belanda tentu akan sangat menguras stamina. Jika terus seperti ini, maka hanya tinggal menunggu waktu sampai pemain Kosta Rika kehabisan tenaga dan melakukan kesalahan.
Apalagi Kosta Rika sendiri pada babak 16 besar harus memainkan pertandingan sampai babak perpanjangan waktu, berbeda dengan Belanda yang menundukkan Meksiko dalam waktu normal.
Namun, ternyata Pinto sudah menyiapkan strategi lain untuk mengatasi ini. Yaitu dengan menerapkan jebakan offside. Kosta Rika tetap mempertahankan garis pertahanan yang tinggi. Namun kini bola-bola panjang Belanda diantisipasi dengan menjebak offside para penyerang Belanda.
Permainan disiplin yang diperagakan barisan pertahanan Kosta Rika membuat mereka tidak melakukan kesalahan dalam mengeksekusi skema ini.
Cara ini pun ternyata cukup efektif. Total 13 kali pemain Belanda terkena jebakan offside Kosta Rika.
Mengisolir Robben
Belanda sendiri tetap mengandalkan serangan dari sisi kanan. Catatan statistik menunjukan bahwa Belanda melakukan serangan dari area sayap ini hingga mencapai 43%. Arjen Robben yang beroperasi di sisi ini terus menjadi tumpuan serangan Belanda.
Arah Serangan Belanda
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, keahlian utama Robben adalah dalam melakukan cutting inside dan melepaskan tendangan ke gawang menggunakan kaki kiri. Ditempatkannya pemain Bayern Munich tersebut di sisi kanan juga bertujuan untuk mengeluarkan keahlian utamanya tersebut.
Tapi Pinto pun sudah merencanakan strategi untuk mencegah Robben mengobrak-abrik pertahanan timnya. Pinto menyiapkan pertahanan berlapis hanya untuk menutup pergerakan Robben dari kanan.
Setidaknya akan ada 2 pemain yang langsung menutup pergerakan Robben ketika Robben memegang bola di sisi kanan. Dengan, begitu Robben tidak akan bisa dengan leluasa melepaskan tendangan ke gawang.
Aksi Robben yang selalu dikawal 2 pemain Kosta Rika
Dan apa yang dirancang pelatih asal Kolombia ini berhasil. Robben memang menunjukan kemampuan menggiring bola yang sangat berbahaya. Tercatat dari 11 kali usahanya melewati pemain Kosta Rika, 8 di antaranya berhasil.
Namun Pinto sukses meminimalisir kekuatan utama Robben, yaitu tendangan dari kaki kirinya. Sepanjang pertandingan, Robben melepaskan 5 kali tendangan ke gawang dan kelima tendangan tersebut berhasil diblok oleh barisan pertahanan Kosta Rika.
Lima usaha tembakan Robben yang selalu di blok barisan pertahanan Kosta Rika
Tantangan Van Gaal di Akhir Pertandingan
Melihat pertandingan yang berlangsung monoton dan ditambah barisan pertahanan Kosta Rika yang semakin rapat di belakang. Van Gaal memasukan satu penyerang tambahan, yaitu Klaas Jan huntelaar yang menggantikan seorang bek tengah, Bruno Martins Indi. Pergantian ini dilakukan saat memasuki fase 15 menit terakhir babak perpanjangan waktu.
Kedua tim yang ngotot untuk tidak mau keluar dari pola andalan memang membuat pertandingan berjalan sedikit membosankan. Padahal, kedua tim sudah tahu bahwa cara bermain mereka masing-masing sudah sama-sama mengalami kebuntuan.
Dengan melakukan pergantian pemain ini, Van Gaal seolah-olah melayangkan tantangan kepada Pinto untuk bermain lebih terbuka.
Dengan perubahan ini, Belanda memang memiliki lebih banyak pilihan dalam melakukan serangan. Hadirnya Huntelaar di kotak penalti lawan membuat opsi dalam mengirimkan operan tidak hanya tertuju pada Van Persie saja.
Belanda pun berhasil menciptakan 5 kali usaha mencetak gol pada masa ini. Namun sayang tidak ada satupun yang mencapai target gawang.
Tapi, di sisi lain, perubahan strategi Van Gaal ini sangat berisiko bagi pertahanan mereka. Dengan hanya menyisakan 2 gelandang di tengah, Kosta Rika jadi lebih nyaman untuk menyerang.
Serangan Kosta Rika –yang tadinya hanya bertumpu dari sisi kanan—kini bisa dilakukan dari tengah. Ditambah lagi barisan pertahanan Belanda hanya akan menyisakan 2 bek tengah, karena kedua fullback yang ikut naik menyerang.
Kosta Rika mulai bisa mengancam pertahanan Belanda pada masa ini.
Dari enam kali tembakan ke gawang yang dilakukan Kosta Rika sepanjang pertandingan, 3 di antaranya dilakukan pada babak kedua perpanjangan waktu. Bahkan Kosta Rika hampir saja mencetak gol, jika saja Marcos Urena lebih tenang dalam mengeksekusi peluang satu lawan satu dengan JesperCillessen.
Kesimpulan
Kosta Rika memperagakan permainan yang sangat disiplin saat bertahan. Dengan melakukan man to man marking di tengah lapangan dan garis pertahanan yang tinggi, Kosta Rika berhasil membuat Belanda tidak bisa mengalirkan bola dengan baik. Jebakan Offside kemudian menjadi senjata lain bagi Kosta Rika untuk menghalau bola-bola jauh Belanda.
Arjen Robben yang menjadi tumpuan serangan Belanda pun dihentikan dengan menutup pergerakan pemain Bayern Munchen ini menggunakan minimal 2 pemain sekaligus. Robben dibuat tidak bisa melakukan tendangan ke gawang akibat ditutup oleh berlapis-lapis pemain Kosta Rika.
Kedua pelatih sama-sama tidak mau melepaskan permainan andalannya meski sama-sama sudah menemui jalan buntu. Keputusan Van Gaal untuk akhirnya bermain terbuka pada 15 menit terakhir perpanjangan waktu memang merubah jalannya pertandingan. Namun, dengan sisa waktu terbatas dan kondisi stamina para pemain yang sudah mulai terkuras, usaha Van Gaal ini akhirnya tidak membuahkan hasil.
Pertandingan pun harus diakhiri lewat drama adu penalti. Louis Van Gaal dengan keputusan uniknya mengganti kiper di menit ke-120, sukses mengantarkan Belanda ke pertandingan semi final untuk berhadapan dengan Argentina.
Posted By : AGEN BOLA SENTABET
0 komentar:
Posting Komentar