Sabtu, 05 Juli 2014


Agen Bola - Catatan dari Brasil - Selamat Tinggal Porto Alegre - Senin, 30 Juni 2014, Estadio Beira-Rio menggelar pertandingan terakhirnya di Piala Dunia 2014. Berakhir pula hari-hari saya sebagai relawan di kota Porto Alegre ini.


AGEN BOLA
AGEN SENTABET

Agen Bola - Catatan dari Brasil - Selamat Tinggal Porto Alegre - Hari itu stadion saya rasakan ramai sekali, mungkin sedikit lebih ramai dari empat pertandingan sebelum. Mungkin karena level pertandingannya sudah beda, sudah masuk sistem gugur.



Agen Bola Piala Dunia

 

 
Juga, baru kali itu saya menyaksikan riuhnya suporter Jerman. Maklum, itulah pertandingan pertama tim kesayangan mereka di Porto Alegre, sedangkan Aljazair yang kedua, karena sebelumnya menghadapi Korea Selatan di tempat ini, di fase grup lalu.

Saya? Jika sebelumnya menjadi "tukang parkir" dan penyambut VIP, kali ini saya bertugas di bagian hospitality, yang membuat saya bisa berkeliling ke mana saja. Sehari sebelum pertandingan, saya berkesempatan melihat sesi latihan tim Jerman di dalam stadion. Kami para volunteer hanya diizinkan melihat mereka sekitar 15 menitan, karena kami harus melakukan pelbagai pekerjaan yang lain. Lumayan lah, bisa melihat gaya Mesut Oezil, Miroslav Klose, Thomas Mueller dan lain-lain.

Kita tahu, pertandingan kemudian dimenangi Jerman dengan skor 2-1. Dan malam itu, semua pesta di Porto Alegre berakhir pula. Itulah pertandingan terakhir Piala Dunia 2014 yang digelar di stadion markas klub Internacional tersebut.




Begitu pula dengan kami. Seluruh volunteer Porto Alegre, mulai dari yang ditugaskan di bandara sampai stadion, malam itu berkumpul di markas untuk berpisah. Kami saling berpelukan, bertukar souvenir, berfoto bersama, dan menandatangani sebuah baju ukuran raksasa bertuliskan volunteer.


Sedih sekali rasanya mesti berpisah dengan teman-teman baru dari berbagai negara itu, seperti Brasil, Rusia, Polandia, India, Afrika Selatan, dan lain-lain. Sebulan lamanya kami bersama-sama di Porto Alegre, bekerja untuk sebuah event terbesar dunia, dan kami ada di dalamnya. Hiks. Tentunya pengalaman ini takkan mungkin terlupakan sepanjang hidup saya.

Kenang-kenangan lain untuk kami adalah sertifikat resmi bertanda tangan Presiden FIFA Sepp Blatter dan Presiden Federasi Sepakbola Brasil Jose Maria Marin. Kami juga menerima sebuah medali bertuliskan terima kasih dalam beberapa bahasa, miniatur Fuleco, serta pin bertuliskan 'Voluntario'.





Jadi terpikir juga, karena saya baru lulus kuliah, sertifikat itu pasti akan saya sertakan saat mengirim lamaran kerja nanti di Indonesia, hahahaa…

Mengenai penyelenggaraan Piala Dunia di Brasil ini, saya sempat meminta perbandingannya dengan Clare, teman sesama volunteer (eh, tapi punya jabatan sih: asisten manajer volunteer). Dia dari Afsel, sudah tujuh kali menjadi volunteer event FIFA, termasuk ketika Piala Dunia 2010 dilangsungkan di negaranya.

Menurut dia, Afsel masih lebih baik dalam hal manajemen volunteer. Sebabnya, di sana bahasa Inggris jadi bahasa utama sehingga kendala komunikasi relatif lebih rendah. Di Brasil, walaupun orangnya ramah-ramah dan sangat menyenangkan, tapi tidak banyak dari mereka yang bisa berbahasa Inggris. Selain itu, Afsel 2010 lebih bernuansa "anak muda", karena cukup banyak panitia Brasil dari kalangan orang tua.

Selain Clare, ada juga Olga dari Rusia. Wanita 41 tahun ini pernah mengikuti 3 event olahraga besar, termasuk yang terakhir adalah Olimpiade Musim Dingin bulan Februari lalu di Sochi, Rusia. Dia sedikit curhat karena dengan pengalamannya itu, ia berharap bisa mendapat posisi lebih dari sekadar Transport Stadium Volunteer, sama seperti saya.

Olga juga mempromosikan negaranya yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Namun ia juga berharap warganya mau belajar bahasa Inggris biar lebih muda berkomunikasi dengan turis-turis asing yang akan "menyerbu" negara mereka. Ia juga ingin orang-orangnya bisa lebih ramah, syukur-syukur bisa seramah Brasil, untuk menyambut para tamu sepakbola itu nantinya.

Kepada sejumlah teman volunteer, saya memberi mereka kalung khas Kalimantan dan baju batik. Saya berharap, setiap kali mereka memakainya, mereka segera teringat saya dan negara saya.

Yang paling berat adalah pertemuan terakhir dengan teman-teman di apartemen. Setelah tiga minggu tinggal bersama-sama, kami pun harus berpisah. Malam itu saya, Clare dan Vijay (Trinidad & Tobago) mesti mengemas barang-barang dan berpamitan satu sama lain. Kami sudah seperti saudara sendiri. Perhatian mereka kepada saya layaknya kakak pada adik. Maklum, saya paling muda di antara mereka.

Kami sering menjelajahi keindahan Porto Alegre bersama-sama. Begitu banyak cerita yang kami bagi satu sama lain, termasuk saya menceritakan Indonesia kepada mereka, sampai akhirnya mereka tergoda untuk ke sana. Clare sudah berjanji akan bulan madu di Bali, dan Vijay juga akan jalan-jalan ke Indonesia tahun depan.

Begitulah pengalaman saya di Porto Alegre. Sungguh luar biasa bisa mengenal orang dari berbagai negara, berbagi pengalaman dan bertukar cerita di sebuah perhelatan akbar level dunia seperti ini. Saya berterima kasih kepada PT. Pelindo II yang turut mendukung keberangkatan saya ke Negeri Samba ini. Atas dukungannya, saya bisa memenuhi undangan FIFA World Cup 2014 sebagai satu-satunya volunteer dari Indonesia.

Setelah tugas di Porto Alegre, saya dan beberapa teman volunteer menyempatkan diri "liburan" ke Sao Paulo dan Rio de Janiero. Namanya ke Brasil, kurang afdol kalau belum mengunjungi dua kota terbesar itu bukan?

Saya akan kembali ke tanah air sebelum laga puncak, dan akan menonton pertandingan final bersama keluarga dan kerabat. Seindah-indahnya negeri orang, tetap saja saya tidak sabar untuk kembali ke rumah, karena buat saya Indonesia adalah tempat yang paling nyaman dan menyenangkan.





Posted By : AGEN BOLA SENTABET
AGEN BOLA

0 komentar:

Posting Komentar